Lawar Makanan Unik Khas Bali
Lawar, makanan khas unik Bali, mengandalkan penggunaan darah hewan yang dicampur dengan bumbu-bumbu tertentu untuk citarasa yang khas. Daging yang digunakan biasanya setengah matang guna meningkatkan kelezatan. Makanan ini umumnya disajikan dalam pesta adat dan di rumah tangga masyarakat Bali. Lawar terdiri dari campuran sayuran, bumbu khas Bali, kelapa, terasi, dan daging cincang, dengan variasi bergantung pada jenis daging dan sayuran. Sebutan seperti Lawar Penyu mengacu pada daging penyu, Lawar Nangka karena menggunakan sayuran nangka, dan Lawar Putih tanpa darah hewan. Lawar Bali hanya tahan setengah hari jika diletakkan di tempat terbuka karena kandungan darahnya.
Masyarakat Bali memandang Lawar sebagai simbol keharmonisan. Darah merah melambangkan Dewa Brahmana, kelapa putih melambangkan Dewa Iswara, dan terasi hitam melambangkan Dewa Wisnu. Rasanya khas dengan kombinasi manis, asin, pahit, pedas, amis, asam, dan aroma terasi. Lawar sering digunakan dalam upacara pengangkatan Gubernur/Kepala daerah untuk memungkinkan pemimpin mengoptimalkan potensi masyarakat yang beragam, menciptakan suasana yang harmonis dan seimbang.
Lawar memiliki variasi rasa, misalnya Lawar khas Tabanan dan Lawar Karangasem dengan citarasa yang berbeda. Misalnya, di kabupaten Badung dan Gianyar, sayur dalam lawar menggunakan kacang panjang, sedangkan di daerah Buleleng, sayur dalam Lawar menggunakan nangka muda dan daun pepaya. Warga Buleleng cenderung menyukai Lawar merah yang menggunakan darah hewan.
Proses pembuatan Lawar terbagi menjadi tiga bagian: proses pembuatan bumbu utama atau "basa gede" dalam bahasa Bali, proses pembuatan bumbu penggurih atau "basa penyangklung," dan proses pembuatan bumbu embe.
Sumber : Universitasciputra.Com